PT PLN (Persero) menyiapkan 108 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Labuan Bajo (Dokumen PLN)
Lambat laun, populasi mobil listrik di Indonesa semakin meningkat. Tercatat di semester I-2023 saja, sudah ada 5.849 unit kendaraan ramah lingkungan baru yang sudah terjual.
Situasi ini pun disambut dengan mulai menggeliatnya model mobil listrik di Tanah Air. Bisa dilihat dari pameran GIIAS 2023 nanti, sedikitnya terdapat 11 produk elektrifikasi baru yang melantai.
Namun sebelum membeli masyarakat yang ingin membeli kendaraan listrik, ada beberapa hal yang menjadi perhatian. Sebab jika tidak paham atau lupa, siap-siap harus mengeluarkan kocek besar karena beberapa komponen di dalamnya masih mahal.
Satu di antaranya, sebagaimana dikatakan Ahli Tenaga Kelistrikan Insitut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi, ialah soal kondisi baterai yang tidak boleh habis total ketika digunakan sehari-hari.
“Minimal (kondisi baterai sebelum dicas) antara 10 persen sampai 15 persen dan maksimal sekitar di 90 persen hingga 95 persen. Tugas itu yang mengatur adalah Battery Management System (BMS),” kata dia kepada Kompas.com belum lama ini.
Agus memaparkan, saat panel meter menampilkan nol persen hingga 100 persen itu setara aslinya dengan kondisi baterai 10 persen hingga 95 persen agar masih dalam rentang safety margin.
“Kalau sampai nol persen (deep of discharge) maka lifetime akan turun drastis dan dicas tidak bisa pulih lagi 100 persen,” ucapnya
“Maka, dari kapasitas penuh, yang bisa dipakai dengan aman antara 10 persen hingga 90 persen atau total 80 persen kapasitas rated-nya,” kata Agus lagi.
Oleh karena itu, para pengguna mobil listrik harus segera membiasakan diri atas pola penggunaan untuk kebutuhan sehari-hari.
Bisa dengan cara membiasakan untuk mengisi daya mobil listrik usai digunakan di rumah atau menimbang jarak tempuh yang akan dituju.